MELINTAS CELEBES (2)

Kisah ini merupakan lanjutan cerita melintasi bumi celebes. Perjalanan masih terus berlanjut. Pagi hari kami telah meninggalkan penginapan. Meski badan dan punggung masih terasa kaku, tapi waktu semakin menipis. Pokoknya, malam nanti sudah harus sampai di manado.

Berbekal teh dan beberapa kue yang disediakan oleh pemilik rumah, kami akhirnya mulai berangkat. Sepanjang jalan kami hanya melihat beragam spanduk suksesi pemilihan kepala daerah di kiri dan kanan jalan.
Sebagai ibu kota baru dibandingkan ibu kota lainnya, gorontalo termasuk provinsi yang cepat maju. Provinsi ini mengandalkan potensi pertanian jagung dan sumber lautnya.l


Selain itu, sepanjang perjalanan banyak hal yang unik yang saya lihat. Mulai dari beragam aksi untuk mendapatkan sumbangan untuk pembangunan tempat ibadah, sampai keindahan alam yang kami lewati.

Ada yang mengadakan atraksi dijalanan, ada yang menggunakan pengeras suara dan memasang kotak sumbangan di tengah jalan, sampai ada yang rela berdiri beberapa jam di tengah jalan hanya untuk meminta sumbangan.

Oh iya, saya belum cerita bagaimana tips dan trik agar selama perjalanan jauh tidak akan membuat punggung dan leher sakit.
Apalagi bagi orang yang membawa tas ransel yang ditaruh di punggung.

Karena, setiap malam punggungku minta dipijit karena kelelahan, maka saya berusaha untuk mencari ide bagaimana supaya tas ransel ini tidak saya pikul beratnya.
Tak lama, ide begitu saja terlintas di kepalaku. Agar punggung tidak sakit, maka hilangkan semua bebannya. Persoalannya, bagaimana caranya. Kalau dibuang sayang. Sempat juga berpikir, bagaimana kalau paketkan saja ke makassar melalui jasa pengiriman. Tapi itu menggunakan uang lagi.

Akhirnya, saya ikat tas itu di atas tempat duduk. Dan saya duduk di atasnya.
Banyak keuntungan yang saya peroleh.

Pertama, punggungku tak bakalan pegal lagi memikul beban

Kedua., pantat tidak sakit karena terlalu lama duduk, karena empuk, terasa duduk di sofa yang empuk.

Ketiga, saya bisa bebas melihat pemandangan yang ada di depan, karena posisi kepala sedikit lebih tinggi dari kepalanya fahmi. Pandangan pun saat itu bebas untuk melihat ke depan.

Terakhir, kaki tidak akan keram lagi. Karena aliran darah mulai lancar. Karena posisi kaki lurus.

Saya cukup menyesal, kenapa baru sekarang terpikir. Kenapa tidak dari kemarin kemarin.

Segala model telah dicoba. Hanya untuk mendapatkan posisi yang nyaman. Sekali kali tas disimpan di tengah. Tapi itu juga tidak berhasil. Baru kemudian posisi ini
terpikirkan. Hehehe hebat kan..!!!

***

Singkat cerita, setelah mengalami proses perjalanan selama hampir dua belas jam, pintu masuk manado pun sudah hampir terlihat. Jalan antar perbatasan gorontalo dan manado begitu mulus dan luas.

Sempat beberapa saat saya adu kecepatan dengan beberapa motor yang juga mengarah ke manado. Saya asyik… dengan kecepatan di atas 80 km/jam, motor motor itu melaju membelah gelapnya malam. Salip menyalip antar kendaraan pun tidak bisa terhindarkan.

Saat itu saya membayangkan bagai di sirkuit moto gp. Dimana para pengemudi saling kejar mengejar. Setiap belokan tajam membuat motor harus dimiringkan beberapa derajat, agar tetap menjaga kecepatan dan tidak melebar keluar.

Beberapa kali saya hampir mengalami kecelakaan, karena baru kali ini saya mengemudi dengan kecepatan tinggi, malam, gelap, dan ramai kendaraan. Ini menjadi keasyikan sendiri. Seperti ketika tur dengan naik motor bersama dengan teman teman. Perjalanan menjadi tidak sunyi dan membuat kita merasa tidak sendiri.

Hampir pukul 10 malam hari kami tiba di manado. Hanya berselang beberapa meter, berdiri hotel hotel yang menjulang tinggi. Meski telah malam, kendaraan masih ramai, orang orang dipinggir jalan tak berhenti juga hilir mudik.

Mobil penumpang pun heboh sendiri dengan lagu yang dikeluarkan dari pengeras suara yang disimpan di kursi belakang.

Uniknya disini, antara pemukiman dan pusat belanja itu terpisah. Kota pemerintahan juga seperti itu. Sehingga tak amburadul. Satu hal juga, bahasa juga unik.

***

Setelah sampai di manado, tak pernah saya bayangkan akan menginap di brimob. Kepolisian daerah manado. Di dalam bayangan saya, hanya tinggal di tempat tinggal temannya fahmi. Tapi bukan di kantor brimob. Yang kata orang, tempatnya polisi yang paling jago,.hehe

Saat masuk, kami harus melapor di pos penjagaan. Mata mata yang melihat kami, terlihat begitu serius dan sangar. Tapi itu hanya berlangsung sejenak. Saya tidak terlalu khawatir kala itu. Karena yang kami temani dan yang akan kami tempati rumahnya ada di depan kami.

Hehehe

Heboh juga, ending dari perjalanan ke manado adalah nginap di kantor brimob manado. Hehehe\

***

Di manado, kami pergi ke patung yesus terbesar yang ada di tempat itu. Kami juga berburu makanan ekstrem. Kelelawar, kucing, tikus, ular dan lainnya. Tapi sayang, setelah berkeliling, kami tak menemukan tempat itu. Sayang sekali.
Saya hanya berpose di depan gunung tertinggi yang ada di manado.

Tak banyak yang perlu saya cerita di manado, tapi yang paling seru adalah perjalanan menuju kesini. Kesenangannya tidak seperti ketika makan kue yang paling enak, tapi lebih dari itu. Ada kepuasan. Ternyata bisa dan akhirnya sampai juga.

Untuk fahmi..

Terimakasih untuk perjalanan yang melelahkan namun sangat menyenangkan ini.
Untuk perjalanan berikutnya, jangan pernah sungkang sungkang…hehehe
Apalagi kalau perjalanannnya gratis… hehehe
The end./

Komentar