Wisata Sejarah di Leang Leang

Deretan batu cadas objek wisata leang leang

Berwisata ke tempat sejarah bagi sebagian orang belum menjadi pilihan. Itu bisa dilihat dari Taman Wisata Sejarah Leang Leang, Maros, Sulawesi Selatan  yang kita datangi. Padahal wisata ke tempat sejarah sangat berguna. Baik sebagai ajang tambah pengetahuan ataupun sekadar menikmati pemandangan alamnya.


Potensi Wisata Leang Leang

Pepohonan yang berjejer
di taman wisata leang leang
Sebelum menemukan akar persoalannya, perkenankan saya untuk memetakan potensi yang dimiliki oleh Taman Wisata Sejarah Leang Leang setelah berkunjung kesana.

Hal pertama adalah potensi alam yang ada disana. Kondisi geografis yang dikelilingi oleh gunung gunung dan hamparan petak sawah menjadi view yang tak biasa. Perjalanan sekitar 10 menit dari jalan utama menjadi pengalaman tersendiri. Apalagi kalau masuk musim panen, saat padi sudah menguning dan pantulan sinar matahari dari puncak gunung terpantul. Akan terlihat sangat indah.

Itu baru perjalanan menuju ke leang leang. Saat sampai, kita dikagetkan dengan gugusan batu batu cadas yang berwarna hitam tertancap di tanah. Ukuran dan bentuknya beragam. Bahkan ada bentuk batu cadas yang menyerupai gajah. Tingginya ada yang sampai tiga meter. Keberadaan batu cadas ini jadi semacam seni yang dibuat oleh alam dan masih bisa kita nikmati hingga sekarang.

Karena pemandangannya yang unik dan indah ini, beberapa pasangan memilih untuk melakukan foto prawedding di taman wisata sejarah ini. Saat kita berkunjung saja, sekitar tiga pasangan datang bergantian. Sebelumnya, kata petugas, sudah banyak yang datang.


Lukisan cap tangan di dinding gua yang merupakan peninggalan jaman dahulu

Potensi kedua pada taman wisata sejarah leang leang ini adalah gua yang tersebar disepanjang maros-pangkep. Dari hasil penelitian para peneliti arkeolog, ditemukan sekitar ratusan gua. Sehingga pantas saja namanya leang leang yang berarti gua. Karena itulah yang menjadi identitasnya.

Awalnya, gua pertama ditemukan oleh dua orang peneliti asal belanda, Van Heekeren dan Mrs. Heeren Palm pada tahun 1950, yang kemudian diberi nama Leang Petta Kere. Gua ini menjadi menarik karena kedua peneliti ini menemukan sebuah lukisan telapak tangan dan lukisan binatang pada dinding gua ini. Temuan ini mengundang ketertarikan para arkeolog untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Tidak hanya arkeolog dalam negeri, arkeolog asing pun tertarik untuk datang menelitinya.

Terakhir para arkeolog memperkirakan bahwa lukisan ini ada sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Lebih rinci lagi berdasarkan penjelasan dari pemandunya, maksud dari lukisan tangan ini bukan cuma sekadar lukisan. Tapi memiliki nilai sakral dan religius. Dengan lukisan orang jaman dulu melakukan komunikasi dengan kekuatan yang lebih tinggi dan menghubungkannya dengan simbol belasungkawa.  Lukisan dengan jari lengkap sebagai bentuk penolak bala. Untuk lukisan jari yang jumlahnya cuma empat karena mereka ikut ritual pemotongan jari ketika kerabat terdekatnya meninggal.Sehingga jarinya tidak lengkap. Satu lagi, lukisan babi rusa yang terkena panah di jantung menggambarkan perilaku manusia jaman prasejarah yang suka berburu makanan.

Keunikan lain dari lukisan ini karena meski umurnya sudah ribuan tahun, tapi lukisannya masih kentara dan masih dilihat hingga sekarang. Para peneliti kemudian menyimpulkan bahwa orang jaman dulu menggunakan cairan pewarna yang langsung menyerap ke dinding gua. Sehingga tak gampang hilang seperti cat pewarna. Beruntunglah bisa melihat bukti sejarah masa lalu. Tapi belum ada peneliti yang menyebut langsung bahan apa yang digunakan hingga bisa bertahan berpuluh puluh tahun.

Sebelumnya beberapa peneliti seperti samidi (1985 dan 1986) telah melakukan survey, konservasi dan observasi. Dari hasil laporannya, ia menduga bahwa cairan yang digunakan adalah hematit, sejenis biji besi yang berwarna merah kehitam hitaman. Ini didukung dari temuan hasil penggalian I.C. Glover pada tahun 1973 di sekitar leang petta kere. Hematit ini ditemukan pada berbagai lapisan bersama-sama dengan temuan batu inti alat serut.

Terus kenapa bisa cairan bertahan hingga bertahun tahun lamanya. Hasil dari penelitian berikutnya mengungkapkan bahwa terdapat bahan asam sebagai bahan pengikat yang bereaksi dengan dinding karst menyebabkan permukaan karst yang berkontak dengan larutan pewarna menjadi larut sementara, kemudian mengeras kembali dan bahan warna terikat (berinteraksi secara kimia). Kasarnya, bahan asam ini memicu pembentukan lapisan stalaktik di atas sehingga cairan pewarna ini terbungkus.

Sehingga dapat disimpulkan orang jaman dulu telah mengenal teknik pengolahan. Soalnya menurut beberapa peneliti, hematit yang bentuknya padat harus mengalami proses terlebih dahulu hingga menjadi cair. Dengan melihat bukti lukisan ini kita bisa mengenal lebih jauh bagaimana perilaku orang jaman dulu.

Gazebo, tempat istrahat di taman wisata leang leang
Potensi ketiga yang dimiliki leang leang adalah sejarahnya. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya tentang lukisan yang ada di dinding gua. Itu menjadi objek kajian penelitian oleh para arkeolog. Karena bukti sejarah ini leang leang kemudian tersebar ke seluruh dunia.

Sejarah lain yakni keberadaan batu batu cadas hitam besar. Kalau dipikir-pikir, bagaimana bisa batu batu besar seperti itu bisa tersusun di areal taman wisata sejarah leang leang ini. Kalau manusia, itu tentu tidak mungkin. Jika ditilik dari sejarahnya, ternyata batu batu itu merupakan batuan dari dasar laut. Jadi sebelumnya daratan tempat saya berpijak merupakan lautan pada jaman dulu. Bukti lainnya bisa dilihat dari kulit kulit kerang yang sudah membatu di sekitar gua.

Batu cadas yang mirip gajah dan gugusan
batu cadas lainnya dengan beragam ukuran

Potensi ke empat, fasilitas yang dimiliki oleh taman wisata leang leang ini sudah lumayan cukup. Beberapa gazebo tempat istirahat, jembatan penyeberangan dengan aliran air di bawahnya, pondok dan museum kecil. Tempat menyimpat artefak dan batuan sejarah. Sehingga orang orang yang datang bisa melihat secara langsung bukti bukti sejarah yang masih tersimpan utuh.

Jika dilihat dari berbagai potensi di atas, jadi tidak mungkin jika kurangnya pengunjung karena faktor tempatnya yang tidak nyaman.

Suasana dalam gua yang memiliki
suhu sekitar 27 derajat celsius

Yang perlu diperbaiki
Meski tempat ini punya banyak potensi, tapi tempat ini juga tidak luput dari kekurangan. Salah satu kekurangan yang saya lihat adalah akses jalannya yang masih kurang mendukung padahal panorama di sisi kiri dan kanannya sudah asyik. Jalanan yang masih tidak teraspal sepenuhnya tentu akan menghambat akses menuju lokasi. Disini peranan pemerintah dan dukungan masyarakat sangat penting.

Kedua, aktifitas promosi wisata yang masih kurang. Tak adanya gerakan ataupun event budaya misalnya, yang menyuarakan visit leang leang. Padahal jika itu dilakukan dan menjadi agenda tahunan, tak menutup kemungkinan taman wisata ini akan diserbu oleh para pelancong.

Saya pikir, menjawab pertanyaan di awal, inilah persoalan yang mesti dibenahi. Sangat sayang jika potensi taman wisata prasejarah ini terkubur dalam sejarahnya sendiri. Seperti sebuah sejarah yang dilupakan.


Nb: 
-Perjalanan wisata ini dilakukan bersama teman teman blog of frienship (bloof). Saat mengisi liburan hari id. 

Komentar

  1. wah jadi pngn kesana....kalau kk ke makassar ajak ke tempat ini yah...asik asik..jokka jokka mulu nih si arman.

    BalasHapus
  2. ia kak tia.
    selagi masih ada kesempatan jalan jalan kak, harus di mamfaatkan..

    salam kak

    BalasHapus
  3. iya betul.. saya juga ingin ke leang-leang. walaupun sudah 3 tahun di makassar tp belum pernah kesana. seandainya punya kesempatan kesana mungkin next trip ke leang-leang...

    BalasHapus
  4. Mantap tulisannya....sukses buat semuanya!
    Salam kenal dari One sm
    http://iwansmtri.blogspot.com/2011/12/ada-ilmu-matematika-di-obyek-wisata.html

    BalasHapus
  5. salam kenal juga mas iwan...
    sudah berkunjung ke blognya..
    saya banyak belajar juga dari tulisan tulisan di one sm.

    salam...

    BalasHapus
  6. Guanyaa... eksotis. pasti adem-adem gimanaa gitu yaa didalamnyaaa ;D

    BalasHapus
  7. Selalu saja seperti itu pengelolaan pariwisata di Indonesia.
    Kalo sepi tidak terawat...
    Nanti kalo ramai, pasti banyak sampahnya. :D

    BalasHapus
  8. Baru sempat liat Postingan ini,
    Heiiii... foto ituLooohhh... Cuantiiik... wkwkwkkw
    Tapi koq keterngannya "Deretan Batu cadas????"
    ha ha ha

    BalasHapus
  9. Taman Prasejarah Leang-Leang dengan berbagai peninggalan warisan budaya dari masa pra sejarah, bahkan taman ini tercatat sebagai salah satu World Heritage yang ditetapkan UNESCO...;)

    BalasHapus
  10. wah.....
    serunyaa... berada disana.....
    serasa ada di langit ke tujuh..........

    BalasHapus
  11. Waktu saya kesana akses jalan nya sudah mulus poll, saya setuju perjalanan ke leang-leang ini menyajikan pemandangan bukit dan sawah yang indah banget!

    BalasHapus

Posting Komentar

silahkan tulis komentar anda di sini