“Saya ingin menjejakkan kaki di Pulau Kalimantan” Tiba-tiba
pikiran tersebut muncul di kepalaku kala mahasiswa. Tidak ada hal istimewa dari
keinginan tersebut. Hanya sekadar menjawab rasa penasaran. Penasaran akan budaya, kehidupan, dan keunikan
pariwisatanya.
Rasa-rasanya hampir sama dengan seorang astronot yang
mencoba menjejakkan kaki ke bulan ataupun planet lain selain bumi. Meski telah
banyak referensi tentang bulan dan planet tata surya lainnya, tapi Sang
astronot tak pernah benar-benar tahu, seperti apa bulan sebenarnya sebelum dia
menyaksikannya secara langsung. Ya, rasanya seperti itu.
Dan keinginan itu baru terwujud setelah sembilan tahun. Saat
seorang rekan kerja mengajak melakukan perjalanan ke Kalimantan Timur (Kaltim).
Tak banyak persiapan. Hanya hunting
tiket yang bikin was-was. Karena, perjalanan akan dilakukan di malam pergantian
tahun. Selain itu, waktu hunting tersisa
dua minggu sehingga harga tiket bisa melambung tinggi. Jika harga tidak terjangkau, rencana berangkat
terpaksa dibatalkan.
Tapi dewi keberuntungan masih berpihak kepada kami. Diluar
dugaan, kami mendapatkan tiket Garuda dengan harga yang pas di kantong.
Cerita Sebelum
Berangkat
Setelah tiket di tangan, persiapan selanjutnya yakni mempersiapkan
rute perjalanan. Mulai dari tempat nginap, tempat wisata yang akan dikunjungi, moda
transportasi yang digunakan hingga semua biaya yang perlu dipersiapkan. Semua cara
digunakan untuk mencari informasi tersebut. Mulai dari Browsing hingga menelpon
kerabat. Intinya tak boleh ada yang terlewat. Karena ini perjalanan pertama
kali dan kami tidak tahu seperti apa Kaltim itu. Setelah semua beres, sisa
menghitung mundur hari keberangkatan.
Namun, sebuah berita mengejutkan datang sekitar tiga hari
sebelum berangkat. Terdengar kabar sebuah pesawat kehilangan kontak. Ya,
pesawat AirAsia QZ8501 dan belum ditemukan. Berita ini membuat kami berpikir
ulang.
“Apa perlu melanjutkan perjalanan?”
“Atau biarkan saja
tiketnya hangus”
Ada rasa khawatir
yang timbul. Takut, pesawat yang akan kami tumpangi bernasib sama dengan
pesawat yang lagi heboh jadi perbincangan media.
“Ini soal nyawa, dan tak boleh dijadikan permainan!”
Ya,
begitulah pemikiran yang muncul.
Tapi, setelah dipikir-pikir. Semua persiapan telah selesai.
Apakah harus mundur karena khawatir akan sesuatu yang belum pasti. Toh, kalau
memang waktunya telah tiba. Tidak di darat, di laut atau pun udara, tidak akan
ada yang bisa menghalangi. Jadi bismillah saja. BISMILLAH, dan dengan mantap,
kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan yang telah kami susun.
BISMILLAH.
Terbang Ke Kalimantan
Alhamdulillah, selama perjalanan rasa takut, was-was, akibat
kabar pesawat yang jatuh sedikit berkurang. Goncangan yang dikhawatirkan selama
perjalanan tidak terjadi. Malah kami sangat menikmati perjalanan di atas
pesawat. Apalagi disuguhi makanan di atas meja, alunan musik di telinga dan tambahan
jus yang disiapkan oleh pramugari. Ya, lengkap sudah. Meski kelas ekonomi tapi
serasa berada di kelas bisnis.
Pesawat mulai takeoff
dan meninggalkan Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, pukul 18.00 dan tiba di
Bandara sepinggang, Balikpapan sekira pukul 19.00. Saat menginjakkan kaki di
Bandara Sepinggang, kami tertarik dengan wallpaper yang dipajang di
dinding-dinding bandara. Rupanya ini salah satu trik pemerintah memperkenalkan keunikan
Kaltim. Mulai dari penari dayak yang cantik, pemandangan hutan tropis, dan juga
hewan khas kaltim yakni orang utan. Gambar-gambar tersebut, membuat betah. Tapi perjalanan masih
panjang. Butuh tiga hingga empat jam lagi menuju Samarinda. Kami tidak ingin melewatkan
pertunjukan kembang api di pinggiran Sungai Mahakam. Oleh karena itu, kami
mempercepat langkah menuju loket bus Kanggoroo.
Rencana awal, kami naik Kanggoroo
ke Samarinda dengan harga 135.000,- per orang. Namun, saat antri di loket,
teriakan sopir mobil rental yang menawarkan harga 125.000,- per orang membuat
kami tergoda. Padahal perbedaannya hanya sepuluh ribu. Jadinya kami menggunakan
mobil rental.
Tapi layaknya sebuah perjalanan, selalu ada kejutan. Ya, terjadi
hal yang tidak diperhitungkan. Dari dalam mobil, aroma alkohol menyeruak
kemana-mana. Baunya menyengat. Rupanya sang driver habis minum. Ketakutan pun
menghantui sepanjang perjalanan. Terbersit pemikiran, kalau-kalau di tengah
perjalanan kami dirampok, atau di tempat duduk belakang sudah ada orang yang
menunggu layaknya di film-film. Tapi ketakutan itu sirna kala saya memikirkan
bahwa ada Allah SWT yang melindungi. Dan tak akan terjadi apa-apa. Akhirnya
saya pun, memutuskan untuk menikmati perjalanan, melihat keluar kaca mobil, dan
sesekali mengobrol dengan sang driver.
Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya, tiba juga di
Samarinda. Di tepi Sungai Mahakam. Ditempat ini, saya menghabiskan waktu
menikmati pertunjukan kembang api yang berkilat kilatan. Hampir di sepanjang
sungai, orang-orang membakar kembang api. Tak hanya itu, di seberang sungai
pun, orang saling berbalasan kembang api. Dan akhirnya, tahun pun berganti dan
keinginan menginjakkan kaki di Kalimantan pun tercapai. Happy New Year.
Berikut Dokumentasi
perjalanan menyusuri Samarinda, Tenggarong dan Bontang.
Bandara Sepinggang, Balikpapan |
Akibat runtuhnya jembatan kutai, menyeberang ke tenggarong menggunakan kapal penyeberangan |
Bersantai sejenak di Planetarium Tenggarong yang katanya hanya ada empat planetarium di Indonesia. Salah satunya di Tenggarong |
Berkunjung ke museum kota di Tenggarong. |
Akhirnya menginjakkan kaki juga di Kalimantan |
Tes melayang di udara dengan permainan flying fox. dengan jarak tiga ratus meter. |
tawwa ka arman.. ke kalimantanmi ee..
BalasHapusHmm, semoga ane juga nanti bisa berkunjung ke sana gan. Nice info, dan terima kasih sudah mau bernagi pengalaman yaa ^^
BalasHapusini baru kaltim kang...coba eksplore lagi kalsel #promosi hehehe.
BalasHapusapakabar nih?
Halo, saya tertarik dengan isi tulisan blognya. Boleh minta alamat emailnya? Ada beberapa yang ingin saya ketahui dan tanyakan. Ini kontak saya, partnership@pikavia.com . Makasiih :)
BalasHapus